Swis Van Java [Cerita Munib Eps. 003]

Suatu hari, ada obrolan-obrolan ringan di pelataran lobi gedung kampus tempat dimana Munib menimba ilmu, obrolan yang dicetuskan oleh Akbar, Afrian, Agus, Nuri, Sandi dan Yusup; masih sahabat satu kelas dengan Munib, obrolan yang bersifat ajakan tapi sebatas harapan awalnya.

“Sob bagaimana kalau libur semester besok kita ke Singapore atau Australia” obrolan pertama dari Yusup.

“Kita mah siap-siap aja Cup, gak tahu yang lainnya” balas Afrian dan Agus.

Loba gaya pisan maraneh, rencana ka Singapura ka Australia sagala, jajan gorengan oge masih sok ngahutang” Sandi sedikit kurang setuju dengan aksen Sundanya.

“Daripada ke Singapura atau ke Australia, mending kita ke Swis van Java” ajakan Akbar.

“Dimana Bar Swis van Java, perasaan baru dengar” Yusup keheranan.

“Garut Cup, Bandung kan Paris van Java, nah kalau Garut terkenalnya Swis van Java, katanya itu juga” sekilas info dari Akbar.

“Kita mah siap-siap aja Bar, gak tahu yang lainnya” balasan yang sama dari Afrian dan Agus.

“Nah lamun ka Garut mah hayu Bar, kumaha Nib? Cicing wae tatadi” Sandi mengamini.

“Saya mah terserah yang bersedia ditumpangi aja motornya” Munib pun bersuara.

“Pokonya kalau jadi ke Garut nanti nginep di rumah nenek saya aja sob” ajak Akbar.

Hayu lah jadikeun weh daripada teu liburan” Sandi ikut menguatkan.

“Kita mah siap-siap aja Sand, gak tahu yang lainnya” balasan yang sama dari Afrian dan Agus.

“Ayoo jadikan !!” semangat Yusup.

“Saya mah terserah yang bersedia ditumpangi motornya saja” Munib memberi syarat ingin nebeng.

“Fix ya ke Garut, besok kumpul depan gerbang utama kampus jam 8 pagi” Akbar memastikan.

“Oke siiip Bar” serentak menjawab.

***

Keesokan harinya, semua teman-teman sudah berkumpul sesuai jadwal dan tempat yang disetujui-gerbang utama kampus, ya meskipun lebih 45 menit dari jam 8 pagi kumpulnya.

“Baiklah teman-teman, sebelum kita mulai perjalanan hari ini mari kita berdoa yang khusu supaya diberi keselamatan dan kelancaran, berdoa mulai” Akbar yang memimpin doa bersama.

“Selesai, oia rencana perjalanan hari ini kita akan berkunjung dulu ke objek wisata yang juga menyimpan nilai sejarah yang keren, nanti kita akan ke Candi Cangkuang dan ke Kampung Pulo sebelum ke rumah nenek saya” lanjut Akbar.

“Siaap Bar” jawab teman-teman serentak.

Ini perjalanan perdana Munib sebagai mahasiswa baru di salah satu kampus yang ada di Bandung, Munib yang dibonceng Akbar terkagum-kagum melihat pesona alam sepanjang perjalanan dari Bandung ke Garut.

“Bar pemandangannya segar dan sejuk ya..” ungkap Munib.

“Ia Nib, secara Indonesia kan kaya pemandangan alamnya” balas Akbar yang sambil membonceng Munib di motor.

Akhirnya, setelah menempuh perjalanan yang lumayan jauh, istirahat beberapa kali, rombongan ‘touring’ pun tiba ditujuan pertama yaitu main ke Candi Cangkuang yang terletak di Kecamatan Leles.

Candi Cangkuang berada di Kampung Pulo, wilayah Cangkuang, kecamatan Leles, kabupaten Garut, menurut informasi warga sekitar Candi Cangkuang dulunya digunakan sebagai tempat ibadah umat Hindu, di wilayah Candi juga ada makam ahli agama Islam, museum, dan kampung unik yaitu Kampung Pulo.

“Wah Bar harmonis sekali ya umat beragama di wilayah ini, buktinya didepan Candi ada makam tokoh Agama Islam, keren pokonya, oia bar kalau Kampung Pulo ceritanya seperti apa?” Nuri yang mulai penasaran.

“Jadi begini sob, kampung pulo ini hanya dihuni beberapa rumah dan kepala keluarga, rumah-rumah tersebut tidak boleh bertambah dan berkurang” penjelasan Akbar tentang Kampung Pulo.

“Bar kalau ada anggota keluarga yang mau membuat rumah bagaimana?” tanya Yusup.

“Untuk mereka yang ingin membuat rumah bagi keluarga barunya, biasanya dipersilakan keluar kampung ini dan membuat rumahnya di luar kampung, hal itu bertujuan untuk melestarikan budaya yang ada di Kampung Pulo” jawab Akbar.

“Bagaimana sudah puas jalan-jalan di Cangkuangnya sob?” tanya Akbar.

“Puass banget bar untuk hari ini, selanjutnya kita kemana?” Munib mewakili jawaban teman-teman.

“Karena waktu yang sebentar lagi sore, lebih baik kita menuju rumah nenek saya, nasi liwet sudah menunggu kayaknya” tawaran menggiurkan Akbar.

“Oke siaap, berangkaat Bar” semangat teman-teman.

Dan, hari itu ditutup dengan melanjutkan perjalanan ke rumah nenek Akbar untuk istirahat sambil makan sore nasi liwet, jarak tempuh untuk sampai di rumah neneknya Akbar tidak jauh dari Cangkuang.

“Ayo silakan masuk pasti pada capek ya, waah teman Aa pada ganteng-ganteng ya” sambutan pertama kali dari nenek Akbar di rumahnya.

Garut, 12 Juli 2010

4 thoughts on “Swis Van Java [Cerita Munib Eps. 003]

Leave a comment