Virtual Reality [Cerita Munib Eps. 002]

Suatu hari, teman lama Munib yang kurang lebih 4 tahun di Jakarta berkunjung ke rumahnya-terletak disamping pesawahan, teman kecil sepermainan Munib namanya Stepén.

Stepén anak dari bapaknya yang asal Jakarta dan Ibunya asli satu kampung dengan Munib, Step kecil tinggal di kampung, rumah Step dan Munib hanya dibatasi bebrapa petak sawah karenanya dari kecil Step dan Munib sering main bersama, lulus SMP Step pindah ke Jakarta.

“Nib kamu kudu tahu di Jakarta banyak alat-alat canggih, ini contohnya” Ungkap Step sambil mengeluarkan dua benda yang dibawanya, “Ini namanya ‘smartphone’ dan ini namanya Virtual Reality atau VR” lanjut Step sambil memperkenalkan satu persatu alat yang dibawanya, “ah itu mah kaca mata renang Step” balas Munib, “kamu mah nib ada-ada aja” tukas Step, “smartphone bisa bantu kamu jadi pintar, VR bisa menampilkan film atau game seolah nyata” jelas Step, “saya mah takut mata saya rusak Step pake kaca mata itu” tolak Munib untuk mencoba VR.

“pokoknya kamu mau cari tentang apa ada semua di smartphone, mau tahu presiden kita? atau mau tahu bentuk Piramid? semua ada” tantang Step, “itu mah sering ada di teve Step, begini saja Step, coba carikan jawaban lebih awal mana telur atau ayam?” pinta Munib ke Step, “tunggu sebentar ya Nib saya cari dulu di Google” jawab Step.

Sudah hampir 2×15 menit Stepén memandangi alatnya, Munib merasa bosan, “ketemu belum Step?” tanya Munib, “lama euy loadingnya Nib, sinyalnya lemah” jawab Step, “sudahlah step, jangan dipaksain, kasihan otak handphone kamu, nanti bisa stress” tukas Munib, “bukan hanya smartphone saja yang stress, aku juga ikut stress Nib, tadinya mau pamer kecanggihan, eg sinyal tak merestui” Step mengeluh, “makanya Step, niat itu harus baik” ingat Munib, ” ia Nib, memang tidak seharusnya aku terlalu bangga apalagi sombong pada yang aku punya” lirih Step, “issh, sombong mah perbuatan tidak disukai Gusti Allāh Step, hati-hati” petuah Munib.

Tidak lama kemudian setelah ngobrol ‘ngaler-ngidul’, Step mengabari bahwa lusa dia akan kembali ke Jakarta, “eh Nib kamu tahu kan jawaban dari awal mana telur atau ayam?” Tiba-tiba Step ingat obrolan tadi, “pokonya nanti kalau kamu berkunjung kesini lagi baru saya kasih tahu jawabannya Step” Munib membuat penasaran, “kamu mah gitu Nib, oke lah Insya Allāh lebaran tahun depan aku main kesini lagi” ungkap Step.

“Allāhu Akbar, Allāhu Akbar…” terdengar lantang suara adzan, “Alhamdulillāh tak terasa sudah Dzuhur” ucap mereka berdua, “aku pamit pulang dulu ya Nib, assalamualaikum” pamit Step, “waalaikumsalam, hati-hati Step salam buat papih dan mamih kamu Step” balas Munib, “siaap Nib, insya allāh” ucap terakhir Step sambil melambai.

Bersambung lagi ah…

7 thoughts on “Virtual Reality [Cerita Munib Eps. 002]

Leave a comment